Jumat, 23 Oktober 2009

Kata Pembuka Sejarah Nabi Muhammad SAW



Assalamu 'alaikum Wr Wb,
Alhamdulillah, segala pujian hanya untuk ALLAH SWT yang telah memberikan berbagai macam nikmat. Sebagai bentuk rasa syukur ini, izinkanlah kami menuliskan rangkaian kalimat tersusun pada sebuah tulisan, " Sejarah Nabi Muhammad SAW ". Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi penulis dan juga kita semua." Sejarah Nabi Muhammad SAW " ini, mungkin jauh daripada sempurna atau bahkan tidak sama sekali, hanya inilah yang dapat penulis lakukan. Saran serta kritik pastilah sangat diharapkan guna penyempurnaan tulisan ini. Semoga sejahtera bagi kita, pembaca maupun penulis. Wahai pencipta kesempurnaan bimbinglah kami agar selalu dijalan-Mu. Amiin....
Sholawat serta salam kami haturkan kepada Qutbil Ambiya, junjungan kita, saksi nyata dari turunnya Al Qur'an, kekasih-Nya, pemimpin para makhluk, Sayyidina wa Maulana, Muhammad SAW. As sholatu wa salamu alaika Yaa Habibi. Sebagai saksi mata, tentulah mengerti dan memahami Al Qur'an mutlak dengan kebenarannya. ALLAH SWT memberi tugas Malaikat Jibril untuk menyampaikan-Nya ( Al Qur'an) kepada nabi. Kebenarannya mustahil diragukan, lihat persyaratan seseorang yang diangkat menjadi nabi pastilah mempunyai sikap jujur, amanah dan semua sikap terpuji lain.
Syahadat atau kesaksian kita akan kebenaran Al Qur'an mutlak adanya. Tidak ragu-ragu, percaya dengan sepenuh hati, sebagai bentuk iman seorang muslim. Begitu juga syahadat ALLAH SWT terhadap nabi-Nya, tidak keliru atau salah terhadap pilihan pengemban amanat untuk makhluk. Sebagai ilustrasi, isi Al Qur'an merupakan semua kemauan pencipta makhluk. Begitu juga syahadat para sahabat terhadap Nabi, sebagai saksi jaman, yaitu orang-orang yang hidup disaat itu, mutlak mengetahui kebenaran-Nya. Sebagai manusia yang hidup sejaman dengan Nabi Muhammad SAW, pastilah mengalami proses penyampaian Al Qur'an kepada Nabi. Kurun jaman sahabat kepada jaman orang-orang sesudahnya, yaitu At tabi'in. Imam Syafi'i Ra , Maliki Ra, Hambali Ra, Hanafi Ra. Begitu terjaga mutlak, kebenaran Al Qur'an. Ada juga Imam Bukhori, Muslim, Turmudzi, ulama-ulama periwayat hadist, peneliti ucapan dan tingkah laku Nabi. Sehingga ada istilah Hadist Sohih, yakni ucapan maupun perbuatan Nabi mutlak kebenaran proses penyampainnya hingga saat ini. Sebagai contoh, ada sebuah perayaan Maulid Nabi diselenggarakan dengan meriah. Ribuan orang hadir hingga panitia menyediakan sebuah layar besar bagi orang dibelakang atau ditempat tertentu. Hal ini tentulah dengan tujuan agar orang-orang yang tidak dapat melihat jelas ke panggung bisa melihatnya. Syahadat atau kesaksian orang yang berada di dekat panggung tentu mutlak kebenarannya, berbeda dengan yang jauh apalagi yang melihat melalui layar. Begitu juga syahadat para sahabat terhadap nabi mutlak adanya. Terutama sahabat yang termaksud golongan Khulafaur Rasyidin, Sayyidina Abu bakar Ra, Sayyidina Umar Ra, Sayyidina Ustman Ra, Sayyidina Ali Ra, begitu besar iman mereka kepada Nabi. Hingga pada maqam persahabatan menjelaskan bahwa tiada yang sanggup menandingi persahabatan Khulafaur Rasyidin dengan Nabi. Jiwa-raga serta harta mereka serahkan. Banyak kisah mereka yang bisa kita jadikan ibroh atau teladan, namun akan kami tulis pada judul yang lain.
Begitu terjaga hingga saat ini, mari kembali tarik garis keatas. ALLAH SWT memberi perintah Malaikat Jibril untuk meyampaikan Al Qur'an kepada Sayyidina Muhammad SAW, kemudian disampaikan pada kita. Sebelum itu pastilah para sahabat yang hidup sejaman dengan Nabi SAW, kemudian para Thabi'in, para Auliya seperti Syeikh Abdul Qadir Al jailani, Imam Suyuti, Syeikh Abu Hasan As syadjili, Sayyidah Nafisah At thohiro, serta para Auliya lain. Menjadi saksi nyata akan kebenaran Al Qur'an, terjaga hingga ke jaman Habib Abdullah Alhadad, Habib Abdullah Al Aidrus, dan para Auliya lain. Hingga ke jaman Wali Sembilan di tanah Jawa dan sampai kejaman sekarang. Melalui para Ulama Mutaqaddimin, Ulama Salaf, yang tersebar ke seluruh pelosok negeri. Habib Abdurrahman As segaf, Habib Lutfi Bin Yahya, Sayyid Muhammad Al Maliki, Sayyid Umar Bin Hafidz, dan ulama lain yang sepaham, Mutaqadimin juga Salaf, tidak mendahulukan akal guna bersyahadat akan kebenaran iman kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak mendahulukan akal bukan berarti tidak digunakan. Akal hanya penunjang Syahadat mereka akan iman kepada Nabi. Ada suatu kisah, bahwa Imam Suyuti bertemu Sayyidina Muhammad SAW hingga tujuh puluh lima pertemuan, mata dengan mata, tidak tidur atau terjaga, padahal Beliau tidak hidup dijaman-Nya. Nabi Muhammad SAW telah wafat jauh beberapa abad silam. Bagaimana akal sanggup menjangkaunya ?
Semua ini hanya syahadat keimanan saja yang sanggup membenarkan. Akal digunakan pada saat membenarkan kejadian itu, bukan pada proses terjadinya. Sebagaimana kita mengetahui hukum akal digunakan pada saat membenarkan kejadian itu.
Prosesi penyampaian kebenaran Al Qur'an sampai kepada umat islam hingga saat ini mutlak adanya. Penulis sangat membutuhkan, agar penulis meyakini bahwa sejarah Nabi Muhammad Saw tidak lepas dari Al Qur'an dan juga Hadist itu sendiri. Lihatlah pengertian Hadist, " Ucapan juga perbuatan atau tingkahlaku Nabi SAW". Kebenaran mutlak dari hadist dapat dilihat dari periwayat. Imam Bukhori Ra dan Imam Muslim Ra merupakan tokoh dari periwayat Hadist. Sohih ( kebenaran mutlak) dari dua tokoh Hadist tersebut bisa di pertanggung jawabkan secara jelas juga nyata. Banyak para ulama mutaqaddimin menjadikan dua tokoh tersebut sebagai rujukan ke sohih-an Hadist.
Imam Bukhori Ra dan Imam Muslim adalah pengumpul hadist, suatu proses yang penuh dengan perjuangan. Meneliti dari orang ke orang. " Wahai pulan, apakah engkau penah mendengar Hadist ini ? ". Begitu besar perjuangan para mujahid itu demi terpeliharanya sebuah Hadist saja. Kemudian menggolongkan sebuah Hadist hingga termasuk kedalam sohih atau dho'if ( lemah kebenarannya) sebagai penghormatan kepada periwayat hadist tersebut. " Apakah akal membenarkan proses atau kejadiannya ? ", jaman itu tidak seperti saat ini. Peralatan sudah semakin banyak ditemukan, komputer ataupun peralatan lain guna menyimpan data belum seperti sekarang. Peralatan tulis-menulis masih seadanya, namun para Tokoh Hadist tetap berusaha mengumpulkan tanpa kenal lelah. Suatu usaha Mujahaddah yang layak diberi gelar Ahli Hadist, Periwayat Hadist, sebagai penghargaan dari dunia Islam terhadap mereka.
Ada catatan penting yang harus kita jadikan pedoman para Ahli Hadist ketika mengumpulkan Hadist pastilah ber-Tawasul atau menyambungkan jiwa dan raga kepada sumbernya Maulana Muhammad SAW, melalui keluarga ataupun Do'a. Bertemu juga bertatap muka langsung, terjaga bukan dalam keadaan tidur, sadar, dengan Sayyidina Muhammad SAW. Syahadat kita membenarkan hal tersebut.
Kemudian disampaikan kepada Ulama lain yang hidup sejaman dengan mereka. Terus berlanjut hingga jaman sesudahnya. Kurun beberapa jaman, sampailah hinga saat ini. Begitu banyak lembaga pendidikan secara khusus menjaga kemurniannya. Darul Hadist di kota Malang negeri Indonesia sebagai contoh, mujahaddah dari para ulama kita guna melestarikannya. Masih banyak lembaga lainnya. Hal ini dilakukan agar suatu hadist tidak tercemar ke-sohihannya. Karena banyak dari Ulama Mutakallimin berupaya memasukkan hadist yang belum jelas. Mereka perusak hadist, Ulama Mutakallimin ingin merusak Aqa'id Ahli Sunna Wal Jama'ah.
" Sejarah Nabi Muhammad SAW " ini, dibentuk sebagai mujahaddah penulis terhadap penyakit bathin yang terus menggerogoti hati sanubari, hasut, dengki, iri hati, sombong, takabur serta masih banyak yang lainnya. Penulis tidak-belum mampu berjdzikir secara khusu' dan terus menerus seperti membaca Sholawat ( kalimat pujian, do'a, penyerahan lahir dan bathin kepada Sayyidina Muhammad SAW ) ratusan bahkan ribuan kali apalagi puluhan ribu. Penulis hanya bisa menulis, hanya do'a " Mudah-mudahan bisa membawa manfa'at serta ada orang yang mau memanfaatkan tulisan ini.
Mengenai daftar pustaka atau rujukan informasi akan disertakan langsung, juga akan disusun pada setiap bab yang ada. Penulis juga akan bertanya langsung ke sumbernya yakni para Ulama Mutaqaddimin yang dianggap memenuhi persyaratan dari penulis. " Sejarah Nabi Muhammad SAW " merupakan kumpulan dari sejarah yang sudah ada, dibuat berdasarkan bahasa Indonesia dan mungkin sangat mudah dipahami masyarakat umum tanpa melihat status pendidikan.
Ada suatu kalimat bijak untuk menjaga semangat penulis agar terus menulis, dari Habib Lutfhi Bin Yahya dari Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia. Sayyidi Habib mengatakan :
" Kadar bobot keimanan seseorang tergantung pada kecintaannya
terhadap Rosulullah Muhammad SAW "
" Weigth levels of one's faith depends on a love of Rosulullah Muhammad SAW"

Kalimat nasihat dari seorang tokoh ulama Mutaqaddimin, begitu dalam masuk ke bathin hingga mampu menghidupkan semangat penulis. Bentuk kecintaanku terhadap Rosulullah Muhammad SAW melalui penulisan ini. Mudah- mudahan menjadi manfaat untuk diriku. Sebagai suatu kebutuhan terhadap pengetahuan sejarah dan juga mujahaddah.